Analisis Ulasan Bedah Karya
#1 & 2
By Elite Literary Club
13/07/2020 on WhatsApp Video-Call
1. Judul karya
- Sepotong senja untuk pacarku
- Jawaban Alina
- Tukang pos dalam amplop
2. Penulis
“Seno Gumira Ajidarma (62 tahun)”
3. Latar belakang penulis
Seno Gumira Ajidarma, singkatan panggilanya SGA atau kerap dipanggil Mas Seno. Kelahiran asal Boston, Amerika Serikat 19 Juni 1958. Berlatarkan dari pendidikannya bidang sinematografi di Institut Kesenian, Jakarta, menjadikan pribadi SGA semakin kental dengan nuansa sastra.
4. Analisis karya
4.a Basic Karya
Karya sastra ini dibuat oleh seorang yang nyentrik, bebas, dan kontemporer. Bahkan beberapa ulasan lain menyebutkan bahwa suasana hati SGA sedang keadaan humor, hal tersebut telihat pada saat beliau menuliskan “Senja, senja seribu tiga”. Walaupun demikian, alur cerita yang disampaikan tetap berjalan sesuai proposri yang pas. Trilogi cerpen karya SGA meliputi judul Sepotong senja untuk pacarku, Jawaban Alina, dan Tukang pos dalam amplop tergabung dalam cerpen trilogi Aline. Cerpen-cerpen tersebut dirilis pada tahun 1990-an hingga awal tahun 2000-an. Ketiga cerita pendek itu beraliran surealis di mana cerita yang diangkatnya mengandung berbagai kejadian dan hal lain yang jauh dari kata realistis dan masuk akal, serta mengandung alegori yang cukup berat.
4b Unsur Instrinsik
-Tema : Senja
-Lattar : Senja -Sore – Pantai – Pedesaan – Bukit Kapur –Selokan
-Tokoh : -Sukap
-Alina
-Tukang Pos
-Anak-Anak
-Alur : Topik utama dalam cerpen tersebut adalah senja. Cerita pertama, Sepotong Senja untuk Pacarku, menceritakan tentang petualangan seorang pria bernama Sukab yang mencuri senja untuk kekasihnya, Alina. Pria tersebut memotong senja yang dilihatnya di sebuah pantai menjadi seukuran kartu pos, lalu membawanya pergi. Hilangnya senja membuat kekacauan di kota hingga melibatkan polisi dalam pengejaran pria itu. Cerita selanjutnya, Jawaban Alina, membahas tentang keadaan dunia setelah Sukab mengirimkan senja itu pada Alina. Senja tersebut menyebabkan kehancuran di seluruh muka bumi setelah isinya jatuh melebur kemana-mana. Cerita kali ini disampaikan dari sudut pandang Alina, gadis yang disukai Sukab, yang ternyata tidak memiliki perasaan yang sama pada Sukab. Selanjutnya, cerita terakhir yang bejudul Tukang Pos dalam Amplop menceritakan tentang perjalanan seorang tukang pos yang mendapat amanat untuk mengantarkan amplop berisi senja yang beralamat “Alina, Ujung Dunia”. Tukang pos tersebut secara tidak sengaja masuk ke dalam amplop yang sedikit terbuka itu dan menghabiskan waktunya di dalam sana sebagai manusia setengah ikan selama sepuluh tahun lamanya, tanpa mengalami penuaan setelah dia keluar dari amplop.
Para tokoh utama dalam tiap cerita digambarkan memiliki sifat yang berbeda-beda serta pola pikir yang berbeda pula. Sukab digambarkan sebagai seorang pria idealis dan suka bekhayal, sebagaimana Alina mendeskripsikannya:
“Apakah begitu Sukab, kamu yang suka berkhayal barangkali tahu.”
Tokoh Alina memiliki watak yang berlawanan dengan Sukab. Dia digambarkan sebagai seseorang yang realistis, penuh perhitungan, dan setia serta sangat memikirkan dirinya sendiri sekaligus orang yang disayanginya.
“…aku tidak mau khayalan, aku tidak mau kira-kira….aku mau tahu yang sebenarnya.”
“Hidupku penuh dengan perhitungan yang matang. Aku tahu betul untung rugi setiap perbuatan, terutama apa untung ruginya untuk diriku sendiri. Betapa pentingnya hidupku selamat, demi suamiku dan anak-anakku. Pura-puranya aku ini juga perempuan yang setia.”
Sementara karakter tukang pos yang muncul di cerita terakhir digambarkan sebagai seorang pria yang berhati lembut, penyayang, selalu memikirkan orang lain, serta mampu menjaga amanat dan kepercayaan dengan baik. Berkali-kali ditunjukkan dalam cerita bahwa dia menangis memikirkan kekacauan yang terjadi. Dia juga seringkali mengenang keluarganya yang sedang menunggunya sementara dirinya harus mengemban amanat yang harus disampaikan. Perspektifnya terhadap surat-surat yang diantarnya seolah surat-surat tersebut adalah sesuatu yang paling berharga bagi seseorang, dan dia adalah orang yang dipercaya untuk menyampaikan surat tersebut pada orang lain yang penting bagi kliennya. Karena itulah dia selalu berusaha mengantarkan surat-surat tersebut sekalipun terkadang rintangan yang dilaluinya di perjalanan sangat memberatkan.
Ketiga cerita pendek ini ditulis dalam bentuk menyerupai surat dengan sudut pandang orang pertama dari para tokoh utama. Gaya bahasa yang digunakan Seno terkesan ringan dengan beberapa unsur humor yang diselipkan di antara konflik-konflik yang terjadi, seperti salah satu kutipan dalam Sepotong Senja untuk Pacarku,
“Sudah waktunya senja diproduksi besar-besaran supaya bisa dijual anak-anak pedagang asongan di perempatan jalan.
‘Senja! Senja! Cuma seribu tiga!’”
yang menggambarkan seolah senja merupakan sesuatu yang bisa dijual dengan harga yang kerap kali dijumpai di pasar-pasar Indonesia dan menjadi salah satu humor yang belaku di masyarakat ketika ingin bercanda mengenai harga suatu barang. Cerita ini juga banyak menggunakan majas alegori dan metonimia. Penjelasan mengenai senja yang bisa dipotong dan diberikan pada kekasih sebagai surat karena cinta yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata merupakan salah satu bentuk alegori yang menjadi inti cerita.
Senja dalam cerita ini memiliki arti lain yang merepresentasikan obsesi atau afeksi yang berlebihan sehingga menyebabkan kekacauan dan kehancuran. Pada cerpen pertama, diceritakan Sukab ingin memberikan senja itu pada Alina sebab perasaan cinta dan rindunya yang terlalu besat sehingga tidak bisa digambarkan dengan sekadar kata. Dalam cerpen Jawaban Alina juga digambarkan bahwa semua manusia di dunia mengejar-ngejar senja. Namun kemudian senja yang diberikan Sukab itu menenggelamkan seisi dunia dengan air dan menciptakan suatu senja abadi yang tidak akan pernah menjadi malam. Hal ini merepresentasikan betapa bahayanya obsesi yang berujung kehancuran.
Bentuk alegori lainnya terdapat dalam Tukang Pos dalam Amplop yang menceitakan tentang kehidupan anak-anak ikan hasil perkawinan tukang pos dengan lumba-lumba yang merasa sedih setelah mengetahui bahwa dunia mereka hanya sebesar amplop, serta kehidupan anak-anak manusia di luar amplop yang sudah terbiasa mendengar cerita-cerita tentang senja seperti di dalam amplop. Perbedaan nasib anak-anak di kedua dunia tersebut menggambarkan perbedaan nasib anak-anak di desa terpencil dengan anak-anak di kota, dengan mengesampingkan fakta bahwa anak-anak bukit kapur juga berasal dari tempat terpencil. Anak-anak desa yang mengetahui bahwa desanya hanya sebuah tempat yang sangat terbatas merasa ingin pergi ke luar desa demi mengeksplorasi dunia perkotaan yang jauh lebih luas, sedangkan anak-anak kota yang sering mendengar cerita orang tua mereka mengenai desa cenderung tidak ingin pergi ke desa karena muak dengan cerita-cerita itu dan lebih memilih “bersepeda saja”.
Tukang pos yang menjadi manusia setengah ikan di dunia air dalam amplop digambarkan seperti figur orang tua yang over-protective terhadap anak-anaknya dengan melarang keturunan-keturunan ikannya untuk pergi ke luar amplop, sebab di luar “tidak ada air” sehingga berbahaya bagi mereka.
Penggunaan majas metonimia dalam ketiga cerita ini menimbulkan kesan yang familiar terhadap deskripsi-deskripsi cerita. Seperti penyebutan “mobil Porsche abu-abu metalik” dan “Federal Express” yang memberikan pembaca gambaran yang jelas mengenai jenis mobil yang dikendarai Sukab serta jenis layanan jasa kurir yang mengantarkan amplop berisi senja dari Sukab untuk Alina.
-Amanat : Trilogi cerpen ini terangkum emnjadi satu kesatuan tentang perasaan yang dialami seseorang. Dalam kisahnya, sukap menjadi seorang yang mendapat cinta bertepuk sebelah tangan dan cinta itu tak terbalaskan dengan balasan semestinta, bahkan balasan kisah cinta tersebut menjadikan sebuah bencana banyak orang. Jadi, sebuah rasa ambisius yang berlebihan tidaklah cukup baik untuk dikonsumsi dalam pandangan bahkan hingga kedalam, yaitu hati.
4.c Unsur Ekstrinsik
-Sosial
-Filososi
-Kehidupan
4.d Pembedahan
· “Senja”: Berbentuk, bernuansa, serta memberikan berjuta artian. Pembedahan senja ini dapat diartikan menjadi sebuah masa, sebuah keadaan transisi ruang waktu pemisah antara sore dan akan menjelang malam sehingga arti senja sendiri dapat membuat pandangan bahwa kehidupan tidak ada yang abadi selamanya.
· “Warna”: dalam setiap penyebutan senja, penulis Seno Gumira Ajidarma selalu mendiskripsikan senja dengan berbagai warna, namun tetap selaras dengan perpaduan pada nyatanya. Warna setiap senja itu membentuk sebuah kisah perasaan hati seseorang yang menadang senja itu seperti apa. Karen arti sebuah keadaan itu dapat berubaha atau terpatri dalam hati penikmatnya tergantung bagaimana ia melihat sisi susdut pandang.
· “Tempat yang paling dalam”: kutipan di bagian paling akhir itu adalah representasikan bentuk ruang perasaan berupa hati dan pikiran seseorang. Ketika Sukap memotong, mengejar dan mesaku-kan senja kedalam kantong bajun., menunjukkan bahwa perasaan terdalamnya ia sangat mencintai seorang Alina, dan perasaan itu nyata dari hatinya yang paling dalam.ditambah ketika ia jatuh perasaan diapun memberikan sepenuhnya perasaan untuk Alina.
· “Beratnya ayuhan sepeda”: bentuk nyata perasaan yang dapat digambarkan dengan ilustrasi berat dan begitu besarnya cinta ambisius yang dimiliki Sukap kepada Alina atau sesuatu yang ia miliki.
· “Kehidupan anak-anak”: sebuah tempurung kehidupan membuat arti kehidupan itu bersifat fana akan banyak sesuatu yang tidak banyak kita ketahui sebenarnya atau bisa saja itu mengartikan bahwa ada pula bentuk penegrtian antara gap antara kehidupan anak-anak desa dan kota, secara tidak langsung menunjukkan perbedaan sebuah makna pemikiran.
5. Ulasan kritik
· Kelebihan
Alegori yang tinggi, memeberikan kita para penganalisis memebrikan ruang luas untuk menguak arti dari cela-cela ungkapan. Gaya bahaya serta diksi yang tepat membuat alur penceritaan sangat luwes untuk pembaca. Kelebihan cerita-cerita ini adalah gaya bahasa yang digunakan cukup frontal dan sederhana sehingga memberi kesan “merakyat” dan membuat pembaca merasa lebih “dekat” dan simpatik dengan tokoh-tokoh serta kejadian dalam cerita. Gaya bahasa tersebut mengingatkan kami pada gaya bahasa penulis Jepang, Haruki Murakami. Selain itu, pembawaan yang humoris dari Seno yang membuat pembaca tidak merasa bosan ketika membaca cerpen-cerpen tersebut, padahal isi ceritanya cukup serius dan berat. Keunikan susunan alur cerita juga merupakan salah satu hal yang menakjubkan dari cerita ini, khususnya pada cerita Tukang Pos dalam Amplop. Jika diteliti, alur cerita tersebut diawali dengan tukang pos yang mengayuh sepedanya dengan berat di bukit kapur, kemudian dia memasuki amplop, mendengar suara-suara yang dikenalnya, dan mendapati Candi Borobudur di bawah air; kemudian diakhiri dengan tokoh utama yang mendatangi Candi Borobudur yang sama, lalu mendengar suara anak-anak dari luar amplop yang dikenalnya, berhasil keluar dari amplop, dan kembali mengayuh sepedaya melintasi jalanan bukit kapur yang melelahkan.
· Kekurangan
Ada beberapa miss keadaan membuat kita menerka-nerka alur kejadian. Tepatnya pada bagian di cerpen kedua danketiga ketika ungkapan Alina bahwa anak-anak bukit kapur adalah anak desa yang tidak tau menahu tentang senja atau mainan kelap kelip bak robot mainan anak kota.
“Anak-anak yang tidak pernah tahu mainan robot berjalan dengan cahaya didadanya berkedip-kedip pasti akan penasaran sekali dengan cahaya senja yang memancar berkilauan., berkilauan merah dan keemas-emasan itu Sukab.”
Berbeda dengan ungkapan anak-anak desa itu sendiri ketika mereka tau caranya untuk keluar dari amplop. Ungakapan yang diluapkan dibagian cerpen Tukang Pos Dalam Amplop bahwa anak-anak itu sudah tau cara keluar masuk amplop senja.
· Kesimpulan
Keseluruhan, karya Seno Gumira Ajidarma epic sangat. Begita terpapar dengan lembut setiap bait sastra yang dibuat, membuat banyak rasa pukau ketika mengamati lebih dalam. Sastra mengajarkan sebuah luapan opini seseorang dengan mengambil objek sekitar menjadi suatu hal yang benar menakjubkan diluar nalar. Serta dengan sebuah ulasan yang dibuat memberikan kuasa tinggi bagi kita untuk dapat menuliskan setiap perpestif yang ingin kita tuang seluruhnya.
Comments