Laporan Ulasan dan Analisis Bedah Karya
Elite-Club
Source: Internet
4 September 2020 via Google Meet
1. Biografi Penulis
Ezra Pound (Ezra Weston Loomis Pound) lahir pada 30 Oktober 1885, Hailey, Idaho – meninggal 1 November 1972 di Venice pada umur 87 tahun. Dia dibesarkan di Wyncot, Philadelphia, Pound mempelajari bahasa dan sastra di Universitas Penncylvania dengan berkawan baik bersama William Carlos William (1963). Tahun 1903 sampai 1906 ia mempelajari bahasa Angelo-Saxon dan Romawi di Hamilton College.
Pound adalah seorang penyair ekspatriat, kritikus, dan penggagas dari gerakan puisi modern. Ezra Poun sebagai pendiri dari aliran imagisme. Imagism adalah aliran dengan gerakan yang berasal dari puisi Tiongkok dan Jepang klasik, dengan kriteria yang dibawa berupa menekankan kejelasan, keringkasan, dan ketepatan.
Berkat gerakannya tersebut, Pound semakin dikenal dan karyanya mulai berkembang. Karya Pound yang paling populer diantaranya, Ripostes(1912), Hugh Selwyn Maulberley (1920), dan The Cantos (diterbitkan sekitar 1917 sampai 1969).
Abad ke-20 ia menjadi seorang editor dibeberapa majalah sastra Amerika. Masa itu ia bertemu dengan TS Eliot, James Joyce, Robert Frost, dan Ernest Hemingway dengan menyuarakan dan membentuk karya-karya sastra Amerika.
Ezra Pound beberapa kali berpindah ke bebebrapa negaram lain, Tahun 1924, Pound pindah ke Italia sebab akibat adanya kondisi pada WWI, ia kehilangan percayaan dirinya di Inggris Raya terutama disebabkan adanya kapitalisme internasional. Selama di Italia dia digaji untuk menyiarkan dengungan kritikan tentang Amerika Serikat di ratusan siaran radio, akibatnya ia ditangkap dengan tuduhan pengkhianatan, lama mendekam dipenjara ia mengalami gangguang mental dan harus dirawat di rumah sakit st.Elizabeth, Amerika selama 12 tahun. Berkat diagnosa adanya gangguan mental, hal itu sebagai penolong dan alasan untuknya tidak dijatuhi hukuman seumur hidup.
2. Latar Belakang Keadaan
Pada abad ke-20, ketika masa seni dipolitisi dan revolusi semakin mengudara, penyair imajis yang lebih trasional, konservatif melirik kembali pada masa Yunani kuno dan Roma dimana pada abad ke-15 Prancis menggunakan model puitis yang lebih beraliran Romatisisme. Beraksi terhadap romatisisme yang telah mendahului, modernis pada abad ke-20 juga tidak kalah revolusioner. Lahirlah sebuah pemikiran baru dari seorang penyair sekaligus kritikus untuk menggagas sebuah aliran yang lebih nyata yaitu mereka sebut, imagisme.
Imagism adalah aliran dengan gerakan yang berasal dari puisi Tiongkok dan Jepang klasik, dengan kriteria yang dibawa berupa menekankan kejelasan, keringkasan, dan ketepatan. Dari penilaian analisi aliran imagisme ingin mengambil standart penting yang harus dimiliki dalam pembangunan puisi tersebut, yaitu kejelasan, ketepatan, ketepatan akurasi kata
3. Teks dari Puisi
In a Stasion Of Metro
- Ezra Pound
“ The apparition of these faces in the crowd;
Petals on a wet, black bough. ”
4. Identitas Puisi
-Terbit pertama kali pada April 1913 di majalah sastra Poetry
-Terdiri dari 2 baris dan 20 kata (Termasuk judul puisi)
-Penulisan menggunakan aliran Imagisme
-Mengangkat pada kejelasan dua kejadian yang berbeda, yaitu “subway station” dan “Petals on a tree branch”
5. Analisi Karya
§ Aliran imagisme berkembang untuk membentuk reaksi melawan abstraksi dimana menggantikan generalisasi Victoria dengan kejelasan dalam haiku Jepang serta lirik Yunani kuno. Imagisme adalah aliran pada awal abad ke-20 mengenai puisi Amerika dengan berfokus pada ketepatan, kecermatan, kejelasan sebuah gambaran dan ketajaman bahasa. Imagisme mengenal bahwa sastra Romantic terlalu berlebih-lebihan dalam pemilihan subjek dan argument. Sebagai pembaharuan, imagisme datang dengan ingin mengambil keaslian dari sebuah karya sastra itu sendiri. Aliran ini lebih ingin memdatkan sebuah penggunaan diksi kata dengan hanya mengambil kata sesuai proposri inti makna.
§ Haiku adalah jenis puisi Jepang, revisi akhir abad ke-19 oleh Masaoka Shaki dari jenis puisi hokku. Haiku adalah tipe dari bentuk ringkas keaslian puisi dari Jepang. Haiku tradisional Jepang terdiri dari 17 suku kata terbagi menjadi tiga baris, setiap baris terdiri drai 7, 5, dan 7 suku kata.
§ Ezra Pound menguraiakan puisinya dengan tidak berpanut dengan genre sastra, Pound mencampurkan beberapa gaya bahasa seperti, satire (gaya bahasa untuk menyatakan sindiran), himne(pola bahasa pujaan), alegi(gaya bahasa untuk mengungkapkan duka kepiluhan),esai dan momear(gaya bahasa untuk menekankan pendapat atau kesan).
§ Tema Puisi: Ezra Pound mengambil seting tempat di “Metro” representasi dari metro itu sendiri, dapat di sebut sebagai underground, subway, sisi gelap kehidupan, atau kegelapan dibalik kenyataan. bebera pendapat lain menyebutkan bahwa, Pound memeberikan ruang penuh kepada pembaca untuk mengambil gambaran berdasakan pengalaman dan pemikiran.
§ Perkotaan dan Alam: Mengambil sebuah sisi berbeda, antara “Station” dan “Petals” tergambarkan dari sisi yang bertolak belakang, Pound menyatukan keduanya dengan mengkaitkan keduanya dari keadaan yang ia alami saat itu. Station, lebih mengartikan kehidupan perkotaan sangatlah disibukkan dengan aktivitas orang yang kerap berlalu lalang di stasiun, ditambah pemilihan seting tempat stasiun sangat akurat, dimana menjadi kebutuhan teransportasi utama manusia sehingga tempat itu pula menjadi tumpu utama banyak orang berkumpul. Petals, representasi dari kelopak bunga adalah gambaran dari wajah manusia. Ketika kelopak bunga setangkaipun mereka tidak akan pernah memiliki kemiripan bentuk maupun kharakter. Sama halnya pada manusia, dari sekian juta manusia yang pernah ke stasiun, pada setiap harinya mereka akan selalu menemukan orang yang berbeda rupa.
§ Berdasarkan kondisi bakgrond alasan kuat Ezra Pound menulis puisi ini, adalah atas pengaruh dan aliran yang anuti yaitu, Imagisme. Ia terinspirasi dengan karya sastra puisi tradisional Jepang. Pembawaan puisi begitu lugas, tegas, dan tajam. Keinginan dari puisi ini yaitu untuk semakin intens fokus pada pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca.
§ Seting : Peletakan seting tempat dari puisi “in a Station of the Metro” adalah berdasarkan keadaan stasiun bawah tanah Prancis tahun 1912. Pound berpendapat bahwa gambaran dari setiap individu di sebuah metro adalah peletakan ilustrasi terbaik yang cukup mudah terbayangkan oleh setiap pembaca
§
6. Kritik
Nilai sastra yang dibawakan oleh Ezra Pound dalam in a Station of the Metro beberapa pendapat memberikan impression sangat menarik untuk di ulik dari setiap suku kata pilihan dari Pound memberikan ilustrasian yang tidak begitu berat untuk dibayangkan atau dibaca oleh setiap para pembaca. Pengaruh penting peran Ezra Pound dalam aksi perubahan di sastra puisi modern telah mengajak kita semakin mempeluas jangkauan dalam berpikir dan berkarya. Dibalik 20 suku kata, termasuk judul mendorong argumen tiap individu untuk berfikir dan menganalisis, bukan hanya sekedar menikmati dan menerka, akan tetapi bentuk karya tersebut harus menghasilakn sebuah pemikiran revolusioner dengan pesan yang sebenarnya ingin disampaikan dari penulis ke pembaca.
Bukan berarti sedikitnya jumlah suku kata dalam karya memberikan batasan cukup untuk para pembaca me-argumenkan opini karena sebuah kedalaman arti dalam sebuah karya sastra tidak memiliki batasan jangkau pemahaman.
Comments